Kue soes coklat
kue sus berawal dari seorang kepala koki Catherine de Medici dari Florence yang bernama Pantanelli menemukan choux pastry pada tahun 1540. Dalam bahasa Prancis, kata ‘choux’ memiliki arti yaitu kol. Sekilas kue ini berbentuk seperti kol yang berbentuk tidak beraturan sehingga nama kue ini menjadi choux pastry atau kue sus dalam bahasa Indonesia. Kata ‘soes’ sendiri diwariskan sejak era kolonial Belanda. Hidangan ini menjadi hidangan istimewa bagi keluarga kerajaan saat Pantanelli bekerja di dapur kerajaan.
Dunia kuliner mengenal sus dengan sebutan choux pastry, dari kata ‘choux’ yang berarti kol dalam bahasa Perancis. Pasalnya, bentuk kue ini tampak tidak beraturan seperti kol. Kreasi Pantanelli dari dapur kerajaan pun perlahan dikenal. Namun, saat muncul pertama kali kue ini hanya disajikan terbatas sebagai hidangan istimewa keluarga kerajaan. Kala itu kue sus tampil beda dibandingkan kue bolu atau semacamnya. Terbuat dari adonan mentega, susu, tepung, dan telur, perbedaan mencolok kue sus ada pada bentuk dan bagian tengah kue yang kopong alias berongga.
Oven yang digunakan untuk memanggang kue sus harus panas sekali (220 derajat Celsius). Panas oven mengubah kadar air yang tinggi di dalam adonan menjadi uap. Telur di dalam adonan membentuk kerangka kue yang tipis, sedangkan uap yang terperangkap di dalam adonan membuat rongga di bagian dalam kue. Adonan yang hampir serupa dengan kue sus digunakan untuk membuat kue-kue sejenis, misalnya croquembouche, eclair, beignet, dan gougère. Beberapa modifikasi kue sus juga terus berkembang, sehingga bentuk kue sus tidak lagi bulat, ada juga kue sus yang sudah dibentuk menjadi bentuk angsa. Ada sus kering juga ada sus basah, tergantung cara penyajiannya.

Comments
Post a Comment